Aku seorang perempuan yang dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil.
_Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering, Aku juga mempunyai seorang adik_
Suatu ketika,
aku mencuri uang di laci ayah untuk membeli sapu tangan_
Beliau membuat adikku dan aku berlutut, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.
"Siapa yang mencuri uang?"
_Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara.
"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"
_Ayah mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya_
"Ayah, aku yang melakukannya!"
_Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi.
Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya "Kamu
sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang
akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati!
Kamu pencuri tidak tau malu"
_Malam itu_
Tubuhnya penuh
dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.aku
tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan
tangan kecilnya dan berkata,
"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
Bertahun-tahun telah lewat,
tapi kejadian itu masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak
pernah akan lupa ketika adik ku yang baru berusia 8tahun melindungiku.
_Ketika adikku lulus SMP untuk masuk ke SMA. Pada saat yang sama, aku diterima untuk masuk ke sebuah universitas_
_Malam itu, ayah bicara dengan ibu_
"Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, biar saya tidak melanjutkan sekolah lagi."
_Ayah mengayunkan tangannya pada wajah adik ku_
"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat? jika berarti mesti
mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"
_Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak_
"Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya"
_Tapi tak ku sangka keesokan harinya, sebelum terbit, adikku
meninggalkan rumah. Dia meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:
"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."
[Aku menangis dengan air mata bercucuran]
_Tahun itu, adikku berusia 17 tahun.
Dengan uang yang ayah dan uang adikku hasil dari mengangkut semen, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga universitas.
_Suatu hari, aku sedang belajar di kamar kost ku, tiba2 temanku bilang,
"Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!
_Aku berjalan keluar, dan melihat adikku, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir_
"Mengapa kamu tidak bilang, kamu adalah adikku?"
_Dia tersenyum_
"jika mereka tahu aku adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu? "
_air mataku berlinang_
"Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga!"
_Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku_
"Sepertinya kakak semakin cantik dengan ini"
_Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis_
Suatu hari,
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah
telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana, aku menari seperti
gadis kecil di depan ibuku.
"ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"
_Tetapi katanya, sambil tersenyum,
"Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah
ini,tidakkah kamu melihat luka pada tangannya?ketik a memasang kaca
jendela baru itu"
_Aku masuk kekamar adikku. bagaikan seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya_
"Apakah itu sakit?"
"Tidak. Kakak tahu, ketika saya bekerja?, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. dan itu tidak menghentikanku bekerja"
_Aku membalikkan tubuhku, dan air mataku mengalir deras.
Ketika aku menikah_
suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau.
"Kak, jagalah mertuamu aja. aku akan menjaga ibu dan ayah di sini."
_Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku
mendapatkan pekerjaan sebagai manajer. Tetapi adikku menolak tawaran
tersebut.
Suatu hari_
adikku mendapat celaka saat dia bekerja. Suamiku dan aku pergi menjenguknya.
"Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus
melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang"
_akan tetapi adik ku tetap membela dirinya_
"Pikirkan kakak ipar--dan aku hampir tidak berpendidikan"
_Mata suamiku berLinang_
Kini Adikku berusia 30_
ketika ia menikahi seorang gadis petani. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya,
"Siapa yang paling kamu sayangi?"
_Tanpa bahkan berpikir ia menjawab_
"Kakakku"
_dia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.
"Ketika saya pergi sekolah SD, Setiap hari aku dan kakak berjalan
selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu
hari,aku terjatuh, dan Kakak lah yang menggendongku sampai rumah_Sejak
hari itu, aku bersumpah, selama aku masih hidup, saya akan menjaga
kakakku dan baik kepadanya."
Pesan bijak; "Menangislah dan Doakan semua orang yang sayang kepada dirimu, saat ini juga"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar